Saturday, October 22, 2011

PERAN OPERATOR DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN & PEREKONOMIAN DI PINGGIRAN KOTA DAN DI PEDALAMAN







Tema : PERAN OPERATOR DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN & PEREKONOMIAN DI PINGGIRAN KOTA DAN DI PEDALAMAN



Pada awal September 2011 kemarin saya berkesempatan hunting foto di pegunungan Halimun di daerah sukabumi, banten selatan. Memang untuk menuju keperkampungan di puncak pegunungan itu butuh perjuangan dan semangat 45 serta perbekalan yang memadai.Dalam pikiran saya terbayang bagaimana cara berkomunikasi dengan keluarga, sementara kami diatas gunung ( yang pasti tidak ada sinyal operator seluler ).
Kami mulai masuk hutan malam hari, dan benar saja, sinyal telepon seluler kami nol alias tidak ada sinyal. Daripada kehabisan baterai, maka HP saya matikan.Semalaman kami berjalan tanpa bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Perasaan was-was menyembul dalam hati.
Pagi-pagi berkabut dan hawa dingin menyambut kami di perkampungan Cipta Gelar yang notabene di puncak pegunungan.
Apa yang terjadi? Saya mencoba menyalakan hp saya,dan ternyata? Wooow sinyalnya penuh. Memang saya pengguna XL sejak dulu.Saat yang lain sinyalnya naik turun, sinyal XL saya tetap penuh. Saya melihat ke sekeliling, ternyata berdiri tegak pemancar telepon seluler. Saya tidak menyangka di daerah setinggi ini pembangunan sudah benar benar masuk. Saya melihat gedung sekolah dasar, Bidan praktek ( mungkin cuma satu-satunnya ), balai desa, mushola,rumah rumah berjejer rapi walau beratapkan daun nira.
Disini saya menyadari pentingnya komunikasi yang lancar dengan operator seluler yang murah sangat dibutuhkan. XL sangat bisa diandalkan di daerah pedalaman Banten selatan ini. Disini orang belum terlalu mencari teknologi seperti ipad/iphone. Bagi mereka bisa bekomunikasi jarak jauh dengan lancar sudah merupakan kemajuan tersendiri.
Saya melihat mulai anak muda sampai kakek- kakek sudah terbiasa dengan barang kecil ajaib itu ( ponsel ). Kini pembangunan di daerah pedalaman semakin bisa terjangkau. Pak camat sudah mau bersusah payah naik gunung untuk ikut merayakan panen raya itu.
Semngat untuk membangun kampung halaman ini tidak lepas dari lancarnya komunikasi jarak jauh yang sudah bisa dilakukan dengan ponsel berkat adanya menara-menara operator seluler. Mereka menempatkan diri tepat saat dibutuhkan. Bagi mereka, operator yang bisa ada sinyal, itu yang mereka pakai, dan XL sangat penuh sinyalnya.
Bagi dunia pendidikan, peran ponsel sangatlah penting di daerah seperti kampung cipta gelar tersebut. Bayangkan kini para guru sudah mau mengajar di daerah terpencil itu, semenjak adanya telepon seluler.
Perekonomian masyarakat Cipta Gelar juga sudah semakin membaik, mereka bisa menjual hasil panen mereka ke kota. Mereka cukup menelpon mobil sewaan untuk mengangkut hasil panen. Jadi? Barang kecil ajaib ini sudah bisa merubah peradapan di daerah pedalaman dari yang terkucil menjadi daerah maju dan ramai seperti daerah daerah lainnya.Apa isi dari barang kecil ajaib itu, XL, provider andalan.


Yamtono


Wednesday, October 12, 2011

Seren Taun Di Kp. Cipta Gelar Banten Selatan


PESTA RAKYAT DARI PUNCAK GUNUNG
Matahari  terbangun dari peraduannya,menggeliat dengan kehangatan sinarnya saat kami tiba di pelataran lokasi kampung Kasepuhan Cipta Gelar, lebak Banten Selatan. Dengan angin dingin masih menghembus di badan kami yang perlahan diusir terik matahari, kami mencoba melangkahkan kaki melihat sekeliling kampung. Perasaan lega dan semangat baru menyembul di dada kami, sesaat melihat  keindahan panorama alam yg hijau  dan sawah membentang diselingi lumbung padi berjejer dilereng bukit. Lupa sudah perjuangan melelahkan untuk dapat mencapai tempat ini.Secara geografis memang kampung ini berada dilereng pegunungan Halimun, kecamatan Cibeber kabupaten Lebak propinsi Banten +-2000 m dpl.
Sehari sebelumnya kami berjibaku dengan ganasnya alam melewati jalan terjal dilereng hutan yang panjang dan berliku.
PERSIAPAN & PERENCANAAN
Beberapa minggu sebelum hari H saya dikontak seorang teman tentang adanya acara tahunan Seren Taun Di Kampung Adat Kasepuhan Cipta Gelar, lebak Banten ,acara tahunan setiap awal bulan agustus. Dari penjelasannya sudah terbayang betapa jauh lokasi  acara ini. Tapi saya tidak menyangka akan seberat ini medannya. Kesimpulannya untuk mencapai lokasi kita harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Pertama dan utama adalah transportasi. Kita wajib menggunakan mobil offroad 4x4 wd yang sanggup meladeni sulitnya medan. Apabila kita tidak mempunyai mobil offroad, kita bisa kontak komunitas mobil off road setempat yang akan senang hati membantu.dengan membayar sesuai perjanjian. Alternatif kedua adalah mengendarai motor trail. Dengan motor ini perjalanan akan lebih cepat,dengan catatan perbekalan yang kita bawa harus menyesuaikan, yang terpenting adalah bahan bakar. Jangan sampai kehabisan BBM ditengah hutan, dijamin tidak ada yang jual.
Setelah kendaraan siap, kita harus mengisi perbekalan, makanan dan minuman yang cukup untuk diperjalanan.Jangan sampai kelaparan di jalan.Untuk Bagi yang akan menginap  lebih lama, jangan lupa peralatan mandi , pakaian ganti dan selimut.


RUTE PERJALANAN
Kami berangkat rombongan dengan 5 mobil offroad dari Jakarta kearah Sukabumi. Kebetulan awal bulan September lalu masih dalam suasana arus balik lebaran, jadi perjalanan kami agak tersendat.Jam 9 pagi berangkat dan baru tiba disukabumi pukul  5 sore.Karena kelelahan kami beristirahat sejenak untuk makan dan sholat. Lewat jam 7 malam kami meneruskan perjalanan kearah Pelabuhan Ratu. Satu jam perjalanan untuk mencapai pelabuhan ratu tapi tidak tercapai karena macet parah. Kami terjebak dalam kemacetan diantara para pemudik dan wisatawan local. Akhirnya dari offroader memutuskan untuk berbalik arah melewati jalan alternative. Disinilah petualangan sesungguhnya dimulai. Perjalanan menyusuri tebing hutan sepanjang +- 30 km dengan jalan hutan yang rusak dan sempit. Sebetulnya tidak semuanya jalanan itu sepi, kita akan menemui beberapa rumah, jembatan dan shelter bagi para pendaki. Jalanan yang naik turun dan berliku sungguh membuat badan terguncang- guncang. Bagi yang tidak biasa harap bersiap kantung plastik untuk wadah muntah. Sepanjang malam kami seperti mimpi buruk terombang ambing di terjalnya jalanan hutan belantara. Dan benar saja menjelang subuh mobil yang kami tumpangi “nyungsep “ ke pinggir tebing. Roda kiri depan selip kekubangan tanah  berlumpur. Beruntung para awak sigap dengan peralatan Derek yang canggih, diikatkan ke sebuah pohon besar .Perlahan lahan mobil tertarik keluar dan  bisa kembali ke posisi semula.
Bagi backpacker sejati, sebetulnya bisa berangkat dari Jakarta naik KRL kearah Depok. Cukup membayar Rp. 2000, sampai ke stasiun Depok Baru. Perjalanan berlanjut ke terminal Depok Baru, dari situ bisa naik bus jurusan Sukabumi. Dengan membayar Rp. 25.000/ orang sampailah di Sukabumi. Dari Sukabumi mau tidak mau harus menyewa mobil jeep untuk naik ke “gunung “ Cipta Gelar.Dari bawah kita melewati beberapa kampung untuk sampai keatas. Kampung terakhir yang kita capai sebelum keatas adalah kampung kasepuhan Cipta Karya.



MELIPUT PESTA RAKYAT
Dari kejauhan seorang tengah baya berjalan cepat sambil membawa  potongan daging mentah ke arah balai besar. Ternyata daging itu akan dimasak untuk dimakan bersama. Beberapa ekor kerbau dipotong untuk perhelatan itu. Masing masing penduduk juga membawa masakan terenaknya untuk dibawa ke balai besar. Penduduk berkumpul di pelataran balai untuk mengikuti jalannya upacara. Disisi lain deretan padi yang sudah di ikat dikumpulkan untuk dipikul kearah balai besar.Arak-arakan dimulai pukul 8 pagi.Degan memikul hasil desa mereka  berjalan menyusuri sawah dan jalan kampung sekitar 2 km. Disekitar perjalanan tampak pemandangan sawah membentang, dibawah pegunungan halimun yang hijau. Ada perubahan yang cukup terasa disini. Pegunungan yang dulu sejuk dingin dan selalu berkabut  kini terasa menghangat oleh teriknya matahari. Mungkin perubahan iklim yang ekstrim telah mengubah iklim di pegunungan ini.Tak terasa keringat mengucur deras disekujur tubuh.Mandi keringat membuat tangan menjadi licin untuk memegang grip kamera.Tapi saya salut kepada penduduk yang memikul hasil panen mereka yang cukup berat. Bisa mencapai sekitar 15 kg perpikulan. Sampai dilapangan desa mereka harus berputar putar sampai mendapat giliran masuk ke pelataran balai besar. Sebelumnya dipelataran balai ada juga pertunjukan debus, dan tumbuk padi dilesung oleh ibu-ibu.
Tibalah acara puncak yaitu memasukkan padi ke lumbung oleh tetua adat. Secara simbolis setelah didoakan dengan bahasa sunda, para tetua adat memasukkan padi.Dibawah terik matahari terasa membakar kamera saya, saya coba berteduh dan memotret dari sisi lain.
Pukul 12 siang acara puncak selesai, diteruskan acara makan bersama dibalai besar.Acara yang sudah berlangsung dari 643 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1368. Yah sudah cukup lama adat istiadat ini berlangsung. Selain acara puncak, bagi para penikmat acara ini juga disuguhi acara tarian, wayang golek dan bisa membeli souvenir berupa hasil kerajinan tangan penduduk pribumi dan hasil panennya.Saya sendiri cukup puas dengan hasil foto-foto yang saya dapat. Alam dan penduduk yang ramah melenyapkan penatnya perjuangan menuju ke kampung Kasepuhan Cipta Gelar. Kini yang terbayang bagaimana caranya bisa cepat sampai kerumah untuk mandi dan tidur pulas membayar mata yang tidak istirahat 2 hari 2 malam.
Tapi semua ini adalah pengalaman seru, yang anda mesti coba.
Naskah & foto : Yamtono



















































HP : 0818156579